Laman

Rabu, 03 Desember 2014

Harga Kopi Toraja Masih Tetap Menjanjikan

Harga kopi jenis arabika di bursa komoditas New York mencapai titik terendah pada pertengahan November tahun ini, yaitu sekitar US$ 3,5 per kilogram. Namun, melemahnya harga ini tak begitu dirasakan oleh produsen kopi arabika asal Toraja. Jabir Amien, salah seorang pengusaha kopi arabika asal Toraja, mengatakan kopi arabika dari daerah ini sudah dikategorikan sebagai speciality coffee sehingga menjadi buruan pencinta kopi di mancanegara.

Harganya, menurut Jabir, juga sangat menggiurkan, yaitu US$ 8. “Sedangkan harga kopi sejenis dari tempat lain di Indonesia mungkin hanya sekitar US$ 4 sampai US$ 5 per kilogramnya," ujar Jabir. Dia menambahkan, kopi asal Toraja berbeda dengan kopi Indonesia pada umumnya, yang dijuluki earthy atau seperti ada rasa tanah, karena proses pengolahannya tidak terlalu bersih.

Keunggulan kopi arabika Toraja adalah pada model pengolahan yang distandardisasi khusus agar menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi. Menurut Jabir, kopi asal Toraja diproses dengan standar sangat ketat melalui seperangkat tes yang dilakukan pekerja berpengalaman. Pengawasan terhadap standar kopi dimulai dari pemetikan hingga tahap pengepakan dan pengiriman. "Kami hanya memilih kopi yang tingkat kematangannya sangat baik, termasuk kopi dari petani," ujar Jabir.

Setiap liter kopi arabika dari petani tradisional yang memenuhi standar ekspor dibeli dengan harga Rp 12.700. Dalam satu tahun, menurut Jabir, perusahaannya mampu mengekspor sekitar 600 ton biji kopi dengan nama Toraja Arabica Coffee. Lebih dari 90 persen biji kopi yang diekspor ke luar negeri berasal dari petani kopi tradisional.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pengusaha Indonesia Sulawesi Selatan, La Tunreng, mengatakan ada tiga hal yang menyebabkan harga kopi asal Indonesia melemah. Pertama, daya beli masyarakat di Eropa utamanya masih rendah karena dampak krisis ekonomi. Kedua, keuangan warga dunia memang masih lemah. Ketiga, kualitas kopi dari Indonesia yang semakin memburuk.

“Kualitas kopi kita menjadi buruk karena memang selama ini tidak pernah ada peremajaan tanaman," ujarnya pada kesempatan terpisah. La Tunreng menyarankan agar pemerintah menyediakan lembaga penelitian untuk pengembangan produk kopi di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar