Harga kopi jenis arabika di bursa komoditas New York mencapai titik
terendah pada pertengahan November tahun ini, yaitu sekitar US$ 3,5 per
kilogram. Namun, melemahnya harga ini tak begitu dirasakan oleh produsen
kopi arabika asal Toraja. Jabir Amien, salah seorang pengusaha kopi
arabika asal Toraja, mengatakan kopi arabika dari daerah ini sudah
dikategorikan sebagai speciality coffee sehingga menjadi buruan pencinta kopi di mancanegara.
Harganya,
menurut Jabir, juga sangat menggiurkan, yaitu US$ 8. “Sedangkan harga
kopi sejenis dari tempat lain di Indonesia mungkin hanya sekitar US$ 4
sampai US$ 5 per kilogramnya," ujar Jabir. Dia menambahkan, kopi asal
Toraja berbeda dengan kopi Indonesia pada umumnya, yang dijuluki earthy atau seperti ada rasa tanah, karena proses pengolahannya tidak terlalu bersih.
Keunggulan
kopi arabika Toraja adalah pada model pengolahan yang distandardisasi
khusus agar menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi. Menurut Jabir,
kopi asal Toraja diproses dengan standar sangat ketat melalui
seperangkat tes yang dilakukan pekerja berpengalaman. Pengawasan
terhadap standar kopi dimulai dari pemetikan hingga tahap pengepakan dan
pengiriman. "Kami hanya memilih kopi yang tingkat kematangannya sangat
baik, termasuk kopi dari petani," ujar Jabir.
Setiap liter kopi
arabika dari petani tradisional yang memenuhi standar ekspor dibeli
dengan harga Rp 12.700. Dalam satu tahun, menurut Jabir, perusahaannya
mampu mengekspor sekitar 600 ton biji kopi dengan nama Toraja Arabica
Coffee. Lebih dari 90 persen biji kopi yang diekspor ke luar negeri
berasal dari petani kopi tradisional.
Ketua Dewan Pimpinan
Daerah Asosiasi Pengusaha Indonesia Sulawesi Selatan, La Tunreng,
mengatakan ada tiga hal yang menyebabkan harga kopi asal Indonesia
melemah. Pertama, daya beli masyarakat di Eropa utamanya masih rendah
karena dampak krisis ekonomi. Kedua, keuangan warga dunia memang masih
lemah. Ketiga, kualitas kopi dari Indonesia yang semakin memburuk.
“Kualitas
kopi kita menjadi buruk karena memang selama ini tidak pernah ada
peremajaan tanaman," ujarnya pada kesempatan terpisah. La Tunreng
menyarankan agar pemerintah menyediakan lembaga penelitian untuk
pengembangan produk kopi di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar